Postingan

padamu kami berjanji...

Gambar
Disini negeri kami Tempat padi terhampar Samuderanya kaya raya Tanah kami subur Tuhan Dinegeri permai ini Anak kurus tak sekolah Berjuta Rakyat bersimbah luka Mereka dirampas haknya  Pemuda desa tak kerja Tergusur dan lapar  sumber: detik.com Bunda relakan darah juang kami Untuk membebaskan rakyat sumber: nasional.harianterbit.com Mereka dirampas haknya  Tergusur dan lapar Bunda relakan darah juang kami Padamu kami berjanji..Padamu kami berbakti. *darah juang - John Tobing

rumah Allah di bumi Anoa

Gambar
Mesjid Al Alam, Kota Kendari      Kendari, kota bertaqwa", tidak sulit bagi kita menemukan slogan ini di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Slogan yang ikut serta tampil dalam beberapa papan reklame besar di pusat kota. Kota bertaqwa tentunya menjadi tujuan mulia yang ingin dicapai Kota Kendari. Dengan posisi dimana Kendari adalah ibukota Provinsi, tentunya tercapainya kota bertaqwa di Kendari akan menyebarkan pengaruh positif ke Kota/Kabupaten se-Sulawesi Tenggara. Sebetulnya, nilai-nilai taqwa di Sulawesi Tenggara tersirat dari bangunan Mesjid-mesjid yang indah. Seiring memfasilitasi hamba Allah untuk meningkatkan ketaqwaan, estetika dari Mesjidnya juga menarik pandangan. Bangunan Mesjid yang indah dan menyejukkan hati di tengah padatnya nafsu dunia.  Mesjid Kaimuddin, Ds Nanga-nanga, Kota Kendari  Mesjid Agung Al Imran, Andoolo  Alhamdulillah dalam beberapa kesempatan, mengunjungi beberapa Mesjid yang menjadi pusat pengembangan nilai-nilai ketaq

Nasionalisme dari Teras Selatan Republik

“Jangan tanya tentang Nasionalisme pada mereka di perbatasan, karena Nasionalisme mereka lebih besar dari anda sekalian” -ungkapan salah satu senioren Rimbawan-     Nasionalisme, salah satu kata yang banyak digaungkan belakangan ini. Terlebih lagi dengan maraknya isu mengenai degradasi kecintaan terhadap budaya bangsa hingga kurangnya penghargaan akan produk lokal. Alhasil berkembanglah banyak cara yang ingin dilakukan oleh pemerintah untuk menjaga apa yang disebut “Nasionalisme” itu di masyarakat. Salah satu yang sedang sangat hangat adalah program Bela Negara oleh Kementerian Pertahanan RI. Pertanyaan besar apakah sedemikian sulitnya untuk menanamkan “Nasionalisme” ke dalam tiap sanubari individu bangsa, apa yang sebenarnya “kurang” dimiliki oleh republik ini sehingga tidak mampu memahami hingga menerapkan Nasionalisme di kehidupan berbangsa dan bernegara ?     Mari kita belajar kepada saudara kita di perbatasan, karena mereka yang ada di teras negara telah memberikan saya

cita "Aksi Rimbawan"

Gambar
Lembaga Eksekutif Mahasiswa FKT UGM        Meskipun ada banyak perdebatan mengenai pengalaman dan sejarah. Satu pihak bilang bahwa pengalaman adalah guru terbaik dan pihak lain mengatakan orang bodoh belajar dari pengalaman tetapi orang cerdas belajar dari sejarah. Irisan keduanya adalah pengalaman dan sejarah bagai 2 pasangan yang melekat dan sulit untuk dipisahkan karena keduanya secara tidak sadar telah melakukan simbiosis mutualisme.           Cerita dimulai ketika awal perjalanan saya sebelum menjadi Pembantu Umum Lembaga Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan UGM periode 2014. Lembaga dengan salah satu tanggung jawab utama sebagai wadah, memfasilitasi serta mengkoordinasi elemen mahasiswa yang ada di tingkat fakultas kehutanan. Tentunya semua bertujuan untuk sumbangan kegiatan hingga pemikiran yang kontributif bagi Fakultas dan dunia Kehutanan Indonesia ataupun masyarakat umum. Perjalanan menjadi Pembantu Umum tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, dengan ban

kata yang menginspirasi

bekerjalah untuk duniamu seakan - akan kamu akan hidup selamanya dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan - akan kamu akan mati besok - Muhammad SAW siapa yang dapat mengenal dirinya maka dia akan mengenal Tuhannya - Umar Ibn Khattab Ra kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup di masa pancaroba, tetaplah bersemangat elang rajawali - Ir. Soekarno jangan khawatir bila anda tidak diakui, tetapi berusahalah agar anda layak untuk diakui - Abraham Lincoln   orang yang luar biasa itu sederhana dalam ucapan, tetapi hebat dalam tindakan - Confusius  seorang terpelajar mestilah adil sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan  - Pramoedya Ananta Toer kita tak boleh merasa terlalu pesimis, pun tak boleh merasa terlalu optimis, karena kedua perasaan itu akan mudah membawa kita kepada oportunisme - Tan Malaka

Merbabu (3142 mdpl)

Gambar
  Ada beberapa kenang - kenangan dari pendakian februari lalu, beberapa foto yang sempat saya ambil sewaktu mendaki gunung merbabu, tidak terlalu bagus memang. Maklum, hanya dengan kamera biasa. Sejenak, gambar-gambar ini membuat ingatan saya kembali meraba memori tentang pendakian waktu itu. Sebuah proses jalan yang lelah dan berhenti untuk beristirahat di lembah yang damai (gambar 1) : Pos 2 Jalur Pendakian Wekas Skyline    Perjalanan tidak berhenti di lembah ini, ketika kunang - kunang telah merasakan kantuknya dan kembali ke sarangnya, kami merangkak mencoba melihat garis indah yang dibuat oleh Allah swt (gambar 2). Semuanya dilanjutkan ketika surya telah mengeluarkan cahayanya. Cahaya yang menerangi dunia untuk penanda dimulainya hari. Inilah  Cahaya pagi, yang memanaskan tubuh dan menghangatkan suasana juga membuat indah tanaman yang ada.  Bibir Tebing      Tapi, beberapa saat kemudian raga ini  tersentak cukup dalam. Perjalanan ternyata masih panjang layaknya

“Kearifan Lokal (Hompongan) Suku Anak Dalam Provinsi Jambi”

  “…. Hutan tidak hanya sebagai apabila rumah buat kami. Namun juga sebagai sumber kehidupan, hutan habis, maka habislah kehidupan kami. “ Ø Sejarah Singkat Kelompok masyarakat terasing yang bermukim di sekitar pegunungan duabelas Jambi menyebut diri Orang Rimba yang dibedakan dengan masyarakat luar, yang disebut orang terang. Anak Dalam juga merupakan sebutan diri yang mereka senangi, dan mereka sangat marah jika disebut orang Kubu, sebutan itu dianggap merendahkan diri mereka. Dalam percakapan antar warga masyarakat jambi tentang orang Kubu tercermin dari ungkapan seseorang yang menunjukan segi kedudukan dan kebodohan, misalnya membuang sampah sembarangan diumpat “Kubu kau….!”. sebutan lain yang disenangi orang rimba ialah “sanak”, yaitu cara memanggil seseorang yang belum kenal dan jarang bertemu. Bila sudah sering bertemu maka panggilan akrab ialah “nco” yang berarti kawan.(Soetomo, 1995:58) Senada dengan diatas Butet Manurung juga mengemukakan bahwa, kubu berarti